Nabi Muhammad saw juga mengajarkan kepada umatnya untuk menjaga waktu salat sebagai prioritas utama dalam kehidupan sehari-hari.اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا “Sesungguhnya salat itu merupakan kewajiban yang waktunya telah ditentukan atas orang-orang mukmin.”
QS An-Nisā’ [4]:103
2. Kriteria untuk Menjamak Salat Menjamak salat diperbolehkan dalam Islam dalam beberapa kondisi tertentu, seperti:مَا رَأَيْت النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى صَلاةً لِغَيْرِ مِيقَاتِهَا إِلا صَلاتَيْنِ جَمَعَ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ بِجَمْعٍ ” أَيْ بِمُزْدَلِفَةَ “Tidak pernah sekalipun aku melihat Nabi Muhammad saw salat di luar waktu salat, kecuali dua salat, salah satunya ketika beliau menjamak magrib dan isya di Muzdalifah (red: saat berhaji). ”
(HR al-Bukhari)
«كفاية الأخيار في حل غاية الاختصار» (ص140): «ذهب جمَاعَة من الْعلمَاء إِلَى جَوَاز الْجمع فِي الْحَضَر للْحَاجة لمن لَا يَتَّخِذهُ عَادَة وَبِه قَالَ أَبُو إِسْحَاق الْمروزِي وَنَقله عَن الْقفال وَحَكَاهُ الْخطابِيّ عَن جمَاعَة من أَصْحَاب الحَدِيث وَاخْتَارَهُ ابْن الْمُنْذر من أَصْحَابنَا وَبِه قَالَ أَشهب من أَصْحَاب مَالك وَهُوَ قَول ابْن سِرين وَيشْهد لَهُ قَول ابْن عَبَّاس رَضِي الله عَنْهُمَا أَرَادَ أَن لَا يحرج أمته حِين ذكر أَن رَسُول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسلم (جمع بِالْمَدِينَةِ بَين الظّهْر وَالْعصر وَالْمغْرب وَالْعشَاء من غير خوف وَلَا مطر) “Sebagian ulama berpendapat boleh menjamak dua salat bagi orang yang mukim (bukan musafir) karena adanya kebutuhan (hajat) akan hal itu, asalkan tidak menjadi kebiasaan diri. Ini adalah pendapat Abu Ishaq al-Marwazi, al-Qaffal, al-Khattabi dari sebagian ulama ahli hadis, Ibnu al-Mundzir dari kalangan Syafi’iyah, Asyhab dari Madzhab Maliki dan juga pendapat Ibnu Sirin.
- safar (perjalanan),
- khauf (situasi takut yang akut),
- hujan,
- dan sakit.
- Namun, ada sebagian ulama yang juga membolehkan menjamak salat karena kebutuhan atau hajat tertentu yang mendesak.